Home

Sunday, 15 April 2012

Titan (Bumi Purba)

Titan, satelit Saturnus yang satu ini memang diperkirakan memiliki kemiripan dengan Bumi. Bahkan ia disebut sebagai Bumi purba. Tapi apakah ada kehidupan di Titan? Sampai saat ini memang diketahui belum ada kehidupan di satelit yang satu itu. Namun bukan berarti tidak ada prospek untuk itu. Kemungkinan Titan untuk bisa memiliki kehidupan masih sama besar dengan kemungkinan adanya kehidupan di tempat lain di Tata Surya dan alam semesta ini.

Atmosfer Titan

Foto cincin A dan F di Saturnus disertai satelit Epimetheus dan Titan yang diambil Cassini tahun 2007. Kredit : NASA/JPL/Space Science Institute

Apa yang membuat para peneliti yakin akan kemungkinan kehidupan di Titan tak lepas dari senyawa-senyawa yang ditemukan keberadaannya di atmosfer Titan. Di antara senyawa-senyawa itu ada nitrogen dalam jumlah yang cukup besar sehingga bisa digunakan sebagai petunjuk keberadaan kehidupan. Senyawa lainnya adalah hidrogen dan karbon, yang bersama nitrogen menjadi kunci pembentuk molekul biologi kebumian seperti asam amino. Yang menarik, asam amino juga dideteksi keberadaannya di atmosfer Titan.
Sebuah penelitian mencoba melihat kesiapan atmosfer tebal di Titan menghasilkan komposisi kimia yang kemudian mengalami pengembunan dan turun ke permukaannya. Penelitian yang dilakukan ini mencoba membentuk ulang atau dengan kata lain memodelkan proses kimiawi atmosfer Titan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hiroshi Imanaka dari Universitas Arizona dan SETI Institute di Mountain View, Calif serta Mark A. Smith dari Universitas Arizona memberikan pembuktian awal dari kemampuan nitrogen untuk bergabung membentuk organisme makromolekul. Penemuan ini memberi indikasi molekul organik seperti apa yang bisa ditemukan di Titan, sekaligus jadi model kimia untuk kondisi pra-kehidupan di Bumi dulu.

Senyawa Kehidupan di Titan
Sebagaimana diketahui Bumi dan Titan merupakan dua obyek keplanetan yang memiliki atmosfer tebal, didominasi oleh nitrogen. Namun bagaimana molekul organik kompleks bisa terbentuk seperti yang ditemukan di Bumi muda ataupun di atmosfer Titan masih merupakan misteri. Kehidupan masa muda Bumi memang sudah lewat, namun tidak demikian dengan Titan. Keberadaan atmosfer yang didominasi oleh nitrogen dan kimia organik menjadi petunjuk penting untuk menyusuri kembali jejak asal muasal kehidupan di Bumi. Mengapa? Karena Nitrogen merupakan elemen esensial bagi kehidupan.
Meskipun demikian, nitrogen bukan komponen tunggal yang bertanggung jawab atas kehidupan itu. Untuk bisa mendapatkan senyawa yang mengindikasikan kehidupan, nitrogen harus berubah menjadi komponen kimia yang lebih aktif sehingga bisa mengendalikan rekasi pembentukan dasar sistem biologi.
Dalam penelitian ini Imanaka dan Smith mengubah campuran gas nitrogen-metana yang serupa dengan yang ada di atmosfer Titan menjadi kumpulan nitrogen yang mengandung molekul organik dengan cara menyinari gas dengan sinar ultraungu energi tinggi. Tujuannya adalah untuk melihat efek radiasi sinar Matahari pada atmosfer Titan.
Pada saat dilakukan penyinaran, sebagian besar nitrogen bergerak ke senyawa padat bukannya gas. Padahal dalam model yang ada, diprediksi kalau nitrogen akan bergerak dari senyawa gas ke padat dalam proses yang lebih panjang.

Kondisi Titan
Penampakan Titan yang berwarna oranye disebabkan oleh kabut molekul organik yang menyelubungi sang bulan. Partikel-partikel dalam kabut pada akhirnya akan jatuh ke permukaan dan bertemu dengan kondisi yang pada akhirnya memicu terbentuknya kehidupan.
Sayangnya, para peneliti masih belum bisa memastikan apakan partikel kabut tersebut mengandung nitrogen atau tidak. Jika sebagian partikel merupakan molekul organik yang mengandung nitrogen yang sama dengan yang digunakan dalam lab, maka kondisi yang memicu terjadinya kehidupan akan terjadi.

Dimanakah Nitrogennya?
Para peneliti melakukan simulasi lapisan teratas atmosfer Titan yang tipis karena hasil yang diberikan misi Cassini mengindikasikan keberadaan radiasi ultraungu ektrim yang menimpa atmosfer Titan sehingga membentuk molekul organik kompleks. Alasan inilah yang membuat Imanaka dan Smith menggunakan synchroton Advanced Light Source di Lawrence Berkeley National Laboratory, di Barkeley, Calif untuk menembakkan cahaya ultra ungu berenergi tinggi pada tabung stainless steel yang mengandung gas nitrogen dan metana pada tekanan yang sangat rendah. Setelah itu, para peneliti menggunakan spektometer untuk menganalisa kimiawi yang dihasilkan dari radiasi tersebut.
Pada awal percobaan, Imanaka hanya menganalisis gas yang ada di tabung, dan ia bahkan tak bisa menemukan nitrogennya. Nitrogen sepertinya hilang begitu saja. Bahkan ia dan Smith sempat berpikir ada kesalahan dalam eksperimen tersebut dan bahkan setelah melakukan pengecekan ulang pada sistem mereka masih tak bisa menemukan nitrogen.
Misterius! Kemanakah nitrogen itu menghilang?
Akhirnya kedua peneliti itu bisa menemukan dimana nitrogen itu berada. Nitrogen itu ternyata terkumpul dalam potongan-potongan sampah coklat pada dinding tabung. Menarik, karena bisa jadi inilah yang terjadi di Titan.
Diperkirakan senyawa seperti inilah yang terbentuk di lapisan atas atmosfer Titan dan kemudian jatuh ke permukaan Titan. Sekali mereka ada di permukaan, senyawa-senyawa ini bisa berkontribusi pada lingkungan yang memang kondusif untuk terjadinya evolusi kehidupan.

Sumber:www.langitselatan.com

No comments:

Post a Comment