Osmanli Imparatoroglu, demikian orang
Turki menyebutnya. Ottoman Empire, demikian dalam bahasa Inggris. Dalam
bahasa Indonesia artinya adalah Kekaisaran Ottoman. Umat muslim
mengenalnya sebagai Kekhalifahan Utsmani.
Empire, Imparatoroglu, atau Kekaisaran
adalah sebuah istilah yang menunjukkan kerajaan dengan kekuasaan yang
sangat luas. Kita mengenal Kekaisaran Romawi (Roman Empire), Kekaisaran
Jerman (Holy Roman Empire), atau Kekaisaran Cina (berbagai dinasti).
Osmanli atau Utsmani merupakan kata yang menunjukkan nasab/silsilah dari
penguasa kerajaan tersebut, yaitu anak cucu Utsman (Osman dalam bahasa
Turki). Penggunaan nasab/silsilah sebagai nama bagi kerajaan memang
lazim digunakan pada saat itu, misal Kekhalifahan Abbasiyah (keturunan
Abbas R.A) atau Fatimiyah (Keturunan Fatimah.
Ertughrul: Keputusan Yang Penting
Utsmani/Ottoman sesungguhnya adalah
sebuah bentuk kerajaan/kesultanan. Sejarahnya hampir sama dengan sejarah
awal berdirinya Kerajaan Metaram Islam. Kisah itu dimulai dari
Ertughrul, leluhur para sultan Ottoman. Ertughrul adalah termasuk bangsa
turki yang bermigrasi dari Asia Tengah ke daerah Anatolia. Di wilayah
ini pada saat itu terdapat dua kekuasaan politik yaitu Bani Seljuq dan
Byzantium. Ertughrul bersama pasukan dan pengikutnya bergabung dan
mengabdi kepada Sultan Bani Seljuq. Ia kemudian diberi daerah Ekisyehir
di daerah antara Seljuq dan Byzantium, antara Anatolia dan Nice.
Kisahnya adalah sebagai berikut, saat
sedang memimpin kelompoknya melintasi Anatolia, Ertughrul melihat
terdapat kepulan asap di kejauhan. Ia mendekati kepulan asap tersebut
dan melihat Pasukan Seljuq sedang menghadapi bangsa Mongol. Ertughrul
saat itu mengambil keptusan bersejarah untuk ikut campur dalam
pertempuran tersebut dan membela Seljuq. Akhirnya Seljuq menang dan ia
mendapatkan hadiah sebagaimana yang telah disebutkan. Kita lihat, sebuah
keputusan mempengaruhi sejarah manusia
Osman: Leleluhur Para Ottomans
Seperti lazimnya sistem pengisian jabatan
di zaman dahulu, yaitu dengan penunjukkan dan setelahnya diwarisi turun
temurun, kepemimpinan Ertughrul diwarisi oleh anaknya Osman. Osman
bergelar Osman Gazi atau panglima Osman karena pada kenyataannya Osman
memang setingkat panglima dalam hirarki di Bani Seljuq. Saat kekuasaan
Bani Seljuq melemah, para panglima yang dulunya diberi daerah kekuasaan
oleh Sultan Seljuq mendirikan kesultanan sendiri, yang disebut
Kesultanan Ghazi. Ini mirip dengan pendirian Kesultanan Pajang dan
Metaram saat Kesultanan Demak Bintoro melemah.
Sebenarnya Osman telah diberikan
kekuasaan otonom oleh Sultan Seljuq di wilayahnya. Ia diberikan kuda,
dan panji, dan drum sebagai lambang kekuasaan. Kutbah Jumat di
wilayahnya juga mendoakannya bahkan ia bisa mencetak uang atas namanya.
Sehingga saat Seljuq meredup wajar jika kekuasaan Ottoman muncul ke
permukaan.
Inilah awal bedirinya kekuasaan Ottoman
di wilayah Anatolia. Oleh karena itu yang tercatat sebagai sultan
pertama Ottoman adalah Sultan Osman Ghazi. Demikian pula kesultanan
tersebut menabalkan namanya berdasar nama Osman, Osmanli/Utsmani.
Sultan Osman Gazi (1299-1324)
Osman adalah seorang yang kuat, sehingga
ia digelari Kara (literal: hitam, maksudnya adalah kuat), Kuatnya Osman
sangat dikenal, hingga dahulu muncul ungkapan orang tua kepada anaknya,
“Semoga Engkau sekuat Osman!”.
Pada Osman, ibukota kekuasaan yang
awalnya di daerah Sogut dipindahkan ke Busra dan kekuasaan Ottomanpun
terus membesar. Ottoman berhasil menaklukkan Gemlik dan meletakkan dasar
yang kuat bagi berlangsungnya sebuah kesultanan Ottoman.
Satu yang sering tidak disebut di buku
sejarah, bahwa Osman adalah orang yang cukup religius. Ia selalu
mendengarkan nasehat seorang Syaikh, yaitu Syaikh Edebali. Ia sering
datang ke rumah beliau dan mendengarkan nasihat beliau atau berkumpul
bersama grup darwis (sufi) di rumah beliau.
Suatu hari saat sedang menginap di tempat
Edebali, Osman bermimpi, ia melihat bulan turun ke dada Edebal.
Cahayanya berkembang hingga ke dada Osman. Dari sana tumbuh pohon yang
besar, hijau, dan banyak cabangnya. Bayangan pohon tersebut menutupi
seluruh dunia. Esoknya Osman segera menanyakan tafsiran mimpinya kepada
Edebali. Lalu Syaikh menyatakan bahwa Alloh telah memberikan kekuasaan
kepada Osman dan anak-anaknya. Dunia akan berada di bawah perlindungan
anak cucunya. Selain itu, mimpi mengisyarakan Syaikh agar menikahkan
putrinya kepada Osman. Ternyata tafsiran Syaikh atas mimpi ini menjadi
kenyataan. Keturunan Osman memang memerintah wilayah yang sangat luas,
dari Jazirah Arab ke Wina, dari Aljazair ke Iraq. Membentang di tiga
benua.
Orhan Sang Penakluk
Setelah Osman wafat, beliau digantikan
oleh Orhan. Seperti ayahnya, Orhan bergelar Sultan Orhan Ghazi. Beliau
memiliki beberapa isteri dan beberapa di antaranya adalah ningrat
Byzantum. Misalnya Teodora, putri dari Kaisar Byzantium John VI
Kantakouzenos. Atau isteri keduanya, Holofira, yang merupakan puteri
Pengeran Byzantium di Yarhisar. the daughter of the Byzantine Prince of
Yarhisar. Legendanya, Holofira ini meninggalkan upacara pernikahannya
dengan Pangeran Bilecik dan beralih ke Orahan. Saya membayangkan ini
seperti kisah-kisah cinta masa kini. Mungkin Orhan itu orangnya tampan
sehingga Holofira kepincut sampai-sampai meninggalkan upacara
pernikahannya. Setelah menikah dengan Orhan, Holofira menjadi muslimah
dan berganti nama menjadi Nilufer Hatun. Nilufer inilah yang melahirkan
Murad, penggati Orhan nantinya.
Awalnya Orhan bermusuhan dengan Kaisar
Byzantium, Andronicus III dan berhasil menaklukkan sebagian besar
kekuasaan Byzantium di Asia Kecil, seperi Nice dan Izmit. Tapi kemudian
beliau menjalin aliansi dengan John VI Kantakouzenos.
Sultan Orhan Ghazi (1324-1361)
Ceritanya, Raja John VI ini awalnya tidak
memiliki ambisi menjadi Kaisar, tetapi ia orang yang berpengaruh di
kalangan pemerintahan. Ia hanya menjadi kepala pemerintahan
administratif sampai calon kaisar yang masih muda naik tahta. Tetapi
beberapa kalangan dekat Ratu, ibu dari calon kaisar yang masih kecil,
curiga pada motivasi dari John VI, juga sang Rati sendiri. Sehingga saat
John VI berkunjung ke Morea, pasukannya di ibu kota dihancurkan dan ia
dinyatakan sebagai kriminal. Kaisar yang kecilpun segera dinobatkan.
Hal ini membawa perang sipil karena para
pendukung John tidak mau menuruti keputusan sepihak tersebut. John IV
mencari bantuan dari negara-negara tetangganya. Ternyata Ottomanlah yang
menyanggupi membantunya. Mungkin pernikahan putrinya, Teodora adalah
dalam rangka mengukuhkan ikatan aliansi tersebut.
Ternyata Ottoman pertama kali
menginjakkan kaki di Eropa dalam rangka membantu sekutunya Kaisar John
VI Kantakouzenos ini. Ottoman kemudian mendapatkan daerah di Galipoli.
Selain membantu John VI Kantakouzenos memenangkan perang sipil, Ottoman
juga membantunya melawan Stephen Uros IV Dusan dari Serbia yang
memanfaatkan situasi genting di Byznaitum untuk menduduki
wilayah-wilayahnya.
Murad Sang Kaisar (Hudavendigar)
Baru saat sultan ketiga naik tahta, Murad
I, beliau mulai mengunakan gelar Hudavendigar atau Kaisat. Saya kira
ini menunjukkan keinginan Murad untuk lepas dari baying-bayang Seljuq,
seperti kita tahu, gelar Ghazi (panglima) yang diperoleh kakeknya adalah
berasal dari pengabdiannya kepada Bani Seljuq.
Selain itu, Murad memang sudah pantas
untuk menyematkan gelar itu pada dirinya, saat itu, kekuasaan Ottoman
telah berkembang hingga ke seberang benua, yaitu Eropa. Dengan wilayah
yang luas tersebut, berarti Kerajaan Ottoman telah menaklukkan berbagai
kota, seperti Nice, Edirne, dll. Para raja/pembesar kerajaan tersebutpun
telah takluk kepada Ottoman. Sehingga tidak salah Murad menaikkan
gelarnya dari Ghazi (panglima) menjadi Hudavendigar (kaisar). Karena
pertama menggunakan gelar ini, Murad lebih dikenal sebagai Sultan Murad
Hudavendigar Han. Gelar sultan Ottoman sejak Murad ini menjadi Sultan Murad Hudavendigar Han.
Sultan Murad Hudavendigar Han (1360-1389)
Murad memang dikenal sebagai orang yang
meletakkan dasar-dasar pemerintahan Ottoman. Beliau memindahkan ibu kota
ke Erdine (Adrianopel), membangun diwan/administrasi baru dan membangun
Jenissari (tentara baru). Beliau juga membnetuk sistem pemeirintahan
provinsi dengan membentuk provinsi Anadolu (Anatolia) dan Rumeli
(Eropa). Selain pertama menggunakan gelar Hudavendigar, Murad juga
Sultan Ottoman pertama yang menetapkan gelar Sultan bagi para raja
Ottoman.
Murad I berhasil memperluas daerah
kekuasaan Ottoman ke wilayah Macedonia dan Serbia. Namun beliau wafat
saat pasukan penyusup Serbia berhasil menyelinap ke tenda beliau dan
membunuhnya.
Beyazid Sang Petir
Hudavendigar digantikan oleh puteranya
Beyazid. Beyazid melanjutkan penaklukkan kearah Eropa. Namun penaklukkan
tersebut kemudian berhenti karena terjadi serangan dari arah belakang,
dari arah Asia. Serangan tersebut dilancarkan oleh Kekuasaan Mongol yang
besar dan kuat, Tamerlane. Beyazid secepat kilat berbalik arah dan
meluncur dari Eropa ke Anatolia untuk menahan serangan Tamerlane. Namun
kemudian beliau ditawan dalam Pertempuran Ankara.
Sultan Yildirim Beyazid Han (1389-1402)
Memang kemudian Tamerlane tidak
melanjutkan serangannya sehingga Kesultanan Ottoman tidak runtuh. Namun
tertangkapnya Beyazid menimbulkan perebutkan kekuasaan antara anak-anak
Beyazid sehingga kekuasaan Ottoman menjadi kacau. Ottomanpun kehilangan
beberapa daerah kekuasaannya di Eropa dan Anatolia karena deerah
tersebut memanfaatkan keadaan Ottoman yang sedang kacau untuk melepaskan
diri (separatis). Masa perpecahan ini disebut masa Interegnum.
Walapun demikian, Beyazid tetap dikenang
sebagai sultan yang sigap dan awas. Kecepatan pasukannya bergerak dari
Eropa ke Anatolia untuk mengantisipasi serangan Tamerlane menjadikan
beliau digelari Yildirim (Sang Kilat). Sehingga beliau bergelar Sultan
Yildirim Beyazid Han. Selain itu, awasnya beliau sehingga mampu
mengantisipasi serangan dari arah belakang menjadikan beberapa lukisan
wajah beliau menggambarkan beliau sedang melirik atau menoleh ke
belakang.
Berbagai kisah beredar mengenai keadaan
Beyazid dalam tawanan Timur. Ada yang menyatakan ia diperlakukan seperti
budak, ada yang menyatakan ia dimasukkan dalam piala untuk
dipertontonkan kepada orang lain. Dalam catatan di istanan Timur
dikatakan bahwa Timur memperlakukan Beyazid dengan baik dan bahkan
menangisi kematiannya. Setahun atau ada yang mengatakan tujuh bulan 12
hari dalam tawanan akhirnya Beyazid wafat.
Timur akhirnya berhasil menangkap Sultan
Yildirim Beyazid Han. Setelah berhasil mengalahkan Beyazid Sang Petir,
Timur mengakui Mehmed Celebi anak Beyazid sebagai penguasa sah Ottoman.
Tetapi saudara-saudaranya menolak mengakui kekuasaan Mehmed, maka
terjadilah masa perpecahan dalam kekuasaan Ottoman. Anak-anak Beyazid
mengkalim wilayah kekuasaannya sendiri. Suleyman Celebi menjadi Sultan
Edirne, Isa Celebi di Bursa, dan Mehmed Celebi di Amasya. Mereka
berperang satu sama lain untuk memperbutkan tahta Ottoman. Masa ini
disebut sebagai masa Interregnum (Fetret Devli).
Mehmed berhasil merebut Bursa dari Isa,
kemudian Isa melarikan diri ke Barat Laut Anatolia. Namun kemudian Isa
dibunuh oleh Suleyman. Hal ini menjadikan Mehmed sebagai penguasa
tunggal di wilayah Anatolia dan Suleyman sebagai penguasa tunggal di
Rumelia. Suleyman kemudian melakukan usaha menyerang Mehemed. Mehmed
menyadari bahwa ia sendirian tidak akan sanggup menghadapi sang kakak
tertua, Suleyman, sendirian. Maka ia menghubungi saudaranya Musa Celebi
untuk menjalin aliansi.
Aliansipun berhasil dibentuk. Untuk
mencegah serangan Suleyman makin merangsek ke daratang Anatolia, Musa
dengan kekuatan kecil menyerang Edirne. Taktik itu berhasil, Suleyman
berbalik arah dan kembali ke Edirne. Tetapi ia berhasil dibunuh oleh
Musa. Tetapi Musa kemudian mengklaim dirinya sebagai Sultan Edirne.
Mehmed yang tidak terima akan hal ini kemudian menyerang Musa dan
berhasil mengalahkannya.
Berakhirlah masa Fetret Devli (Interegnum) dan Ottoman kembali dipimpin oleh satu Sultan yaitu Sultan Mehmed Celebi Han.
Mehmed Celebi Sang Pendiri Kedua (2nd Founder)
Setelah berhasil mengkonsolidasikan
kekuatan di dalam, Mehmed kemudian kembali merapikan wilayah Ottoman
yang berantakan akibat Interegnum. Ia mulai dari wilayah Anadolu
(Anatolia). Pada 1414 ia menaklukkan Izmir, Negeri Candar, Cilcia, dan
Saruhan. Karaman yang mencoba menyerang Bursa berhasil ditepis. Setelah
konsolidasi Anatolia, ia mengarah ke Rumelia (Eropa). Di Eropa Memed
berhasil mengembalikan kekuasaan Ottoman dan kemudian menjadikan
Wallachia membayar pajak pada Ottoman. Selain itu beliau juga
melanjutkan pembangunan angkatan laut Ottoman.
Sultan Mehmed Celebi Han (1402-1421)
Karena prestasinya mengembalikan
kekuasaan Ottoman, beliau dikenal sebagai pendiri kedua Ottoman, Second
Founder. Gelar kebangsawanannya yang dipakai sejak masa Interegnum juga
terus terbawa, sehingga beliau dikenal sebagai Mehmed Celebi, Celebi
adalah gelar bangsawan yang berarti “Yang Terhormat.”
Sebagian orang menyebut beliau masih
keturunan Maulana Jalaluddin Rumi, seorang Sufi besar. Dalam masanya,
beliau juga memperhatikan perkembangan kemasyarakatan. Hal ini berkat
pengaruh wazirnya di Amasya dahulu, Sehiri. Beliau membangun berbagai
masjid, madrasah, dan bangunan lainnya.
Peta wilayah Ottoman di masa Mehmed Celebi
Murad II Pengeran Muda Yang Handal
Saat diangkat sebagai sultan setelah
wafatnya sang ayah, Mehmed Celebi, Murad II baru berusai belasan tahun
(sekitar 19 tahun). Segera setelah pengangkatannya, Byzantium bermain
prahara. Sebelumnya Byzantium telah bersedia menahan Musthafa Celebi
Sang Penipu (Düzmece Mustafa). Sebelumnya Musthafa Celebi ini telah
mencoba memberontak terhadap Mehmed Celebi tetapi berhasil ditangkis.
Musthafa lari ke Byzantium lalu dengan bayaran Mehmed Celebi, Byzantium
bersedia memenjarakan Musthafa.
Segera setelah Murad II naik tahta,
Byzantium mendeklarasikan Musthafa sebagai pewaris sah Beyazid Yildirim.
Tetapi ini bersyarat bahwa Musthafa harus menyerahkan kota-kota penting
jika ia naik tahta. Dengan bantuan Byzantium Musthafa berhasil mendarat
di Rumelia dan mengalang kekuatan di sana. Banyak pasukan Ottoman yang
kemudian mendukungnya. Murad lalu mengrim pasukan di bawah Jenderal
Senior, Beyezid Pasha. Tetapi Musthafa Sang Penipu berhasil membunuh
Sang Jenderal dan iapun mendeklarasikan diri sebagai Sultan Edirne.
Sultan II Murad Han (1421-1444 dan 1446-1451)
Lalu Musthafa Celebi mencoba menyerang ke
wilayah Anatolia. Namun Murad II menunjukkan keahliannya sebagai
panglima. Walaupun cukup kalah jumlah tetapi beliau bisa memenangkan
pertempuran. Musthafa Sang Penipu pun menghindar ke Galipoli (Ulubat).
Tetapi terus dikejar Murad II dengan bantuan pelaut asal Genose, Adorno.
Msuthafa berhasil ditangkap dan dihukum mati.
Murad II kemudian mengarahkan serangan ke
Byzantium yang telah memplot pemberontakan Düzmece Mustafa tersebut.
Murad II membentuk pasukan Azeb dan kemudian melakukan pengepungan
terhadap Konstantinopel. Di tengah pengepungan, Murad II mendengar
adiknya, Musthafa, yang berusia 13 tahun melakukan pemberontakan dengan
dukungan Byzantium dan negara-negara kecil di sekitar Anatolia. Pasukan
Musthafa telah mengepung Busra, kota kedua terbesar setelah Edirne.
Murad segera menuju Busra. Musthafa
berhasil dikalahkan, ditangkap, dan dihukum. Negara-negara kecil di
Anatolia (Aydin, Mentese, Teke dan Germian) juga menerima akibat dari
keterlibatan mereka dengan pemberontakan tersebut. Negara-negara
tersebut ditaklukkan dan dianeksasi oleh Murad II.
Murad II lalu meneruskan perluasan
wilayah di Seribia yang masih dalam keadaan bereperang dengan Ottoman.
Salonica, Macedonia, Teselya dan Yanya berhasil dikuasai. Pemberontakan
Penguasa Wallachiapun berhasil dipadamkan dan Wallachia dianeksasi.
Semakin luasnya pengaruh Ottoman di Eropa menjadikan cemas Byzantium dan
raja-raja Eropa lainnya yang kemudian melancarkan Perang Salib terhadap
Ottoman. Pasukan Salib dipimpin oleh Pangeran Transylvania.
Sehzade (Pangeran) Mehmed yang diangkat menjadi Sultan menggantikan Murad II yang turun tahta
Dalam pertempuran ini, Ottoman kalah
namun Pasukan Salib tidak bisa merangsek lebih jauh karena terkendala
alam. Lalu dicapailah kesepakatan gencatan senjata 10 tahun yang dikenal
sebagai Kesepakatan Segedin. Setelah itu Murad II turun tahta dan
menaikkan putranya berusia 12 tahun Mehmed II sebagai Sultan. Beliau
menyepi di Manisa.
Melihat peluang sultan yang masih muda,
rival Ottoman, Hungaria bersama Venice dan didukung Paus Eugene IV
mempersiapkan Pasukan Salib baru untuk menyerang Ottoman. Melihat
keadaan ini Mehmed II meminta ayahnya yang telah pensiun untuk memimpin
pasukan menghadapi Pasukan Salib tersebut. Murad II menolak, lalu Mehmed
mengirimkan surat yang sangat terkenal yang berbunyi, “Jika Engkau
adalah sultan maka sudah sepantasnya Engaku memimpin pasukanmu dalam
situasi yang sulit ini, maka majulah ke depan dan pimpin pasukanmu.
Tetapi jika sayalah yang Sultan, maka saya mengingatkan Engkau untuk
patuh kepada perintah Sultan, dan perintah saya adalah, Pimpinlah
pasukan!.” Membaca surat ini Murad II tidak bisa menolak.
Hal ini menandai masa kedua
kepemimpinannya, Murad II kembali naik tahta. Tetapi sebagian orang
menyatakan bahwa kembalinya Murad II ke tahta karena ada pemberontakan
Jenissari. Wallohu a’lam mana yang benar.
Lalu Murad II meluncur ke Edirne. Pasukan
Ottoman sekita 40.000 lalu meluncur ke Varna dan menyerang Pasukan
Salib. Pasukan Salib akhirnya bisa dikalahkan dalam Pertempuran Varna
ini. Pertempuran ini menandai berkahirnya Perang Salib yang mencegah
Ottoman menaklukkan Konstantinopel. Karena berikutnya, saat
Konstantinopel sedang dalam Kepungan Mehmed II, tidak ada Pasukan Salib
yang datang membantu.
Empat tahun setelah Pertempuran Varna,
terjadi kembali pertempuran besar yang disebut Pertempuran Kosovo Kedua.
Murad II lagi-lagi berhasil memenangkan pertempuran yang dipicu invasi
Hungaria ke wilayah Ottoman di Serbia. Dengan menangnya Ottoman di
pertempuran ini, Balkan sepenuhnya dalam pengaruh politik Ottoman.
Salah satu sudut Bursa Muradiye Complex yang dibangun oleh Sultan II Murad Han
Sebenarnya Murad II adalah seorang yang
tidak suka berperang. Ini terlihat dari keinginannya untuk mundur dari
kepemimpinan. Tetapi keadaan memaksanya untuk terus berperang
sebagaimana dalam kisah di atas. Selain pencapian militer, dalam bidang
sosial, di zaman Murad dibangun ratusan
masjid, sekolah, jembatan, dan istana. Salah satu bangunan peninggalan
Murad II yangbisa dilihat adalah Bursa Muradiye Complex, yang terdiri
dari masjid, makam, madrasah, pemandian, dan taman. Murad II sendiri
sebenarnya adalah seorang seniman dengan nama pena Muradi.
Makam Sultan II Murad Han di Bursa Muradiye Complex
Dalam masanya pula dikirim sejumlah uang ke Mekkah untuk perbaikan dan dikirim sejumlah tenaga ahli yang disebut Surre-i Humayun untuk memperbaiki tempat-tempat suci. Dalam masanya pula banyak buku
ditulis dan buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Murad II
meninggal di Edirne karena sakit dan beliau dimakamkan di Bursa, di
Kompleks Muradiye.
Sumber : http://pasukanottoman.wordpress.com
No comments:
Post a Comment