Home

Thursday, 8 August 2013

Kehancuran Ottoman di Perang Dunia I

Ada sebuah episode memilukan dalam cerita besar kekaisaran Utsmani (Ottoman). Berawal dari kegengsian dan keinginan melawan habis inggris dan rusia. Bersamaan dengan hadirnya Jerman sebagai sekutu besar Ottoman akhirnya melibatkan kekaisaran Islam itu untuk terjun dalam perang dunia I atau the great war. Suatu peperangan dahsyat yang dianggap sebagai perang yang mengakhiri segala perang. The great war berlangsung dari tahun 1914 sampai 1918. Mengira mempunyai sekutu yang tangguh akhirnya Ottoman dengan percaya diri masuk dalam lingkaran setan dengan membombardir sebuah pelabuhan milik rusia. Dengan demikian, Ottoman resmi masuk dalam Perang Dunia I.
Namun di penghujung 1918 keadaan mulai berbalik, Jerman mulai dipukul mundur di perancis. Austro-hungaria atau dinasti harpsburg yang juga sekutu Ottoman mulai kalah melawan Rusia. Sedangkan Ottoman sendiri yang berperang di banyak front seperti kaukasus, galipoli, dan mesir perlahan-lahan terdesak. Puncaknya adalah ketika pasukan Ottoman dihancurkan oleh Inggris pada pertempuran Megiddo (israel) dan akhirnya inggris berhasil merebut Yerusalem, suriah, libanon hingga terus sampai ke Istanbul
Benteng kuno megiddo muncul dalam perjanjian baru sebagai armagedon, lokasi pertempuran millennium antara kekuatan yang baik dan jahat. Pertempuran megiddo adalah nama yang diberikan untuk serbuan akhir pasukan sekutu terhadap ottoman di palestina dan suriah. Pasukan sekutu terdiri dari pasukan inggris, india, australia, selandia baru dan tambahan sedikit pasukan perancis dan armenia. Pasukan ini dipimpin jendral sir edmund allenby. Sedangkan pasukan otoman dipimpin oleh jendral otto liman von sanders.

Menipu komando tertinggi ottoman bahwa serangan sekutu akan diluncurkan keseberang sungai yordan, Allenby diam-diam memfokuskan pasukannya ke dataran pasir. Serangannya dimulai dengan serangan infantri yang fokus merobek lubang di garis pertahanan ottoman. Serangan itu memungkinkan sekutu memutuskan rute penting bagi pasokan dan penguatan pasukan ottoman. Dalam waktu 24 jam pasukan sekutu telah maju lebih dari 50 km ke wilayah belakang ottoman.
Serangan utama dimulai pada 19 september pukul 04.30 dengan pemboman artileri selama 15 menit.

sir Edmund Allenby

Kesultanan Ottoman hingga kehancurannya

Era Perkembangan Kerajaan (1453-1683)
Periode ini bisa dibagi menjadi dua masa: Masa perluasan wilayah dan perkembangan ekonomi dan kebudayaan (sampai tahun 1566); dan masa stagnasi militer dan politik Kesultanan Utsmaniyah 1299–1683 :
     1. Perluasan wilayah dan puncak kekuasaan
Pertempuran Zonchio pada tahun 1499 adalah perang laut pertama yang menggunakan meriam sebagai senjata di kapal perang, menandakan kebangkitan angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah. Penaklukkan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453 mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur.
Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara; di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan Asia.
Gambar
pertempuran laut di Zonchio antara Angkatan Laut kesultanan Ottoman melawan Pasukan Venesia

Kesultanan Ottoman : Era Kebangkitan (1299-1453)

Kesultanan Utsmaniyah (1299–1923), atau dikenal juga dengan sebutan Kekaisaran Turki Ottoman atau  Osmanlı İmparatorluğu adalah negara multi-etnis dan multi-religius. Negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923.
Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 – 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil. Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi.
Gambar
lambang kekaisaran
Gambar
Luas wilayah yang pernah dikuasai Kekaisaran Utsmaniyah/Ottoman

Pasukan Elit Ottoman

Janissaries (from Ottoman Turkish يکيچرى Yeniçeri artinya “prajurit baru”) adalah prajurit yg paling terkenal dan ditakuti di Eropa selama berabad2, dari awal dibentuknya mereka pada awal masa2 Ottoman, bahkan hingga keruntuhannya pada tahun 1826. Imej ttg Janissari pada masa jayanya hampir selalu digambarkan dengan prajurit yg tangguh, disiplin, dan tak kenal kata mundur.
ASAL MUASAL dan LEGENDA
Semua berawal dari sebuah negara kecil (Beyliks) di Sogut yg dipimpin oleh Osman I. Sebagai sebuah negara kecil yg berbatasan lsg dgn Bizantium, Ottoman banyak melakukan peperangan baik besar maupun kecil dgn Bizantium. Berbagai macam prajurit digunakan oleh Ottoman, baik kavaleri maupun infantri.
sultan osman I
Pada awalnya, pasukan Ottoman mirip dgn Beylik lain di Anatolia, pasukan itu antara lain Kavaleri Musellem dan Yaya Infantry, dan tak lupa pula para Ghazi. Pada masa Orhan Ghazi (Orhan Bey)-Putra Osman I- mulai dibentuk pasukan Kapikhalki (Qapikulu/Kapikulu)sebagai pengawal pribadi, yg terdiri dari para full time infantry menggantikan pasukan berkuda yg cenderung setia pada klan tertentu (nantinya Qapikulu ini berubah menjadi kesatuan kavaleri yg mengawal Sultan). Pasukan ini terinspirasi dari pasukan Bizantium yg bernama Murtatoi, yg pada masa itu adalah infantry archer yg efektif.
Sebenarnya, nama Janissari jg muncul sebelum masa Ottoman. Pasukan itu adalah Ianitsarrai/Ginetari/Jenizzeri, kesatuan pasukan light cavalry Bizantium. Entah bagaimana nama ini mirip dengan nama kesatuan elit Ottoman terbaru.
janisary
http://s3.amazonaws.com/readers/2010/12/03/hospitaler_1.jpg

Kekaisaran Ottoman

Osmanli Imparatoroglu, demikian orang Turki menyebutnya. Ottoman Empire, demikian dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia artinya adalah Kekaisaran Ottoman. Umat muslim mengenalnya sebagai Kekhalifahan Utsmani.
Empire, Imparatoroglu, atau Kekaisaran adalah sebuah istilah yang menunjukkan kerajaan dengan kekuasaan yang sangat luas. Kita mengenal Kekaisaran Romawi (Roman Empire), Kekaisaran Jerman (Holy Roman Empire), atau Kekaisaran Cina (berbagai dinasti). Osmanli atau Utsmani merupakan kata yang menunjukkan nasab/silsilah dari penguasa kerajaan tersebut, yaitu anak cucu Utsman (Osman dalam bahasa Turki). Penggunaan nasab/silsilah sebagai nama bagi kerajaan memang lazim digunakan pada saat itu, misal Kekhalifahan Abbasiyah (keturunan Abbas R.A) atau Fatimiyah (Keturunan Fatimah.
Ertughrul: Keputusan Yang Penting
Utsmani/Ottoman sesungguhnya adalah sebuah bentuk kerajaan/kesultanan. Sejarahnya hampir sama dengan sejarah awal berdirinya Kerajaan Metaram Islam. Kisah itu dimulai dari Ertughrul, leluhur para sultan Ottoman. Ertughrul adalah termasuk bangsa turki yang bermigrasi dari Asia Tengah ke daerah Anatolia. Di wilayah ini pada saat itu terdapat dua kekuasaan politik yaitu Bani Seljuq dan Byzantium. Ertughrul bersama pasukan dan pengikutnya bergabung dan mengabdi kepada Sultan Bani Seljuq. Ia kemudian diberi daerah Ekisyehir di daerah antara Seljuq dan Byzantium, antara Anatolia dan Nice.
Kisahnya adalah sebagai berikut, saat sedang memimpin kelompoknya melintasi Anatolia, Ertughrul melihat terdapat kepulan asap di kejauhan. Ia mendekati kepulan asap tersebut dan melihat Pasukan Seljuq sedang menghadapi bangsa Mongol. Ertughrul saat itu mengambil keptusan bersejarah untuk ikut campur dalam pertempuran tersebut dan membela Seljuq. Akhirnya Seljuq menang dan ia mendapatkan hadiah sebagaimana yang telah disebutkan. Kita lihat, sebuah keputusan mempengaruhi sejarah manusia
Osman: Leleluhur Para Ottomans
Seperti lazimnya sistem pengisian jabatan di zaman dahulu, yaitu dengan penunjukkan dan setelahnya diwarisi turun temurun, kepemimpinan Ertughrul diwarisi oleh anaknya Osman. Osman bergelar Osman Gazi atau panglima Osman karena pada kenyataannya Osman memang setingkat panglima dalam hirarki di Bani Seljuq. Saat kekuasaan Bani Seljuq melemah, para panglima yang dulunya diberi daerah kekuasaan oleh Sultan Seljuq mendirikan kesultanan sendiri, yang disebut Kesultanan Ghazi. Ini mirip dengan pendirian Kesultanan Pajang dan Metaram saat Kesultanan Demak Bintoro melemah.
Sebenarnya Osman telah diberikan kekuasaan otonom oleh Sultan Seljuq di wilayahnya. Ia diberikan kuda, dan panji, dan drum sebagai lambang kekuasaan. Kutbah Jumat di wilayahnya juga mendoakannya bahkan ia bisa mencetak uang atas namanya. Sehingga saat Seljuq meredup wajar jika kekuasaan Ottoman muncul ke permukaan.
Inilah awal bedirinya kekuasaan Ottoman di wilayah Anatolia. Oleh karena itu yang tercatat sebagai sultan pertama Ottoman adalah Sultan Osman Ghazi. Demikian pula kesultanan tersebut menabalkan namanya berdasar nama Osman, Osmanli/Utsmani.
 
Sultan Osman Gazi (1299-1324)