Bagaimana bentuk alam semesta? Apakah tak terbatas? ataukah terbatas?
Semenjak tahun 2003 ada paham yang menyatakan alam semesta itu
berbentuk donat, terbatas dan relatif lebih kecil. Ide ini jadi populer
saat komolog menemukan pola tak terduga dalam cosmic microwave background (CMB), radiasi peninggalan dentuman besar.
CMB terdiri dari noda atau titik dingin dan panas yang
merepresentasikan riak dalam kerapatan bayi alam semesta, seperti
gelombang di lautan. Noda-noda tersebut akan terlihat dalam distribusi
CMB yang mengindikasikan adanya perbedaan temperatur. Dalam alam semesta
yang tak terbatas, harusnya terdapat berbagai ukuran gelombang namun
para kosmolog dibuat terkejut saat ditemukan panjang gelombang yang
lebih panjang hilang dari pengukuran CMB yang dilakukan oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe milik NASA. Salah satu alasan mengapa ada gelombang yang hilang adalah karena alam semesta itu terbatas.
Bola kaca
Menurut Frank Steiner, fisikawan dari Ulm University di Jerman, “kamu
bisa berpikir kalau alam semesta itu seperi sebuah instrumen musik, ia
tidak dapat menahan getaran yang memiliki panjang gelombang lebih besar
dari panjang instrumen itu sendiri.”
Para kosmolog mengajukan ide mengenai bentuk alam semesta yang
dibungkus disekelilingnya, seperti bentuk bola kaki atau bahkan seperti
bentuk sebuah donat. Dalam tiap kasus, alam semesta akan tampak tidak
terbatas, karena kita tidak akan pernah bisa menjumpai tepiannya. Jadi
jika kita bisa melakukan perjalanan dalam alam semesta ke arah manapun,
maka kita akan kembali lagi ke titik dimana kita memulainya. Sama
seperti saat mengelilingi bola bumi.
Namun paham ini kemudian mengalami kemunduran. Kosmolog
memprediksikan alam semesta yang terbungkus akan berperilaku seperti
sebuah pelataran kaca, dengan gambar objek-objek jauh yang diulang-ulang
beberapa kali di angkasa. Pencarian pola yang dilakukan oleh Glen
Starkman dari Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, tidak memberi hasil apapun.
Analisis ulang data tahun 2003 yang dilakukan oleh Steiner dan
koleganya untuk mencari bentuk lain termasuk bentuk 3-torus (lihat
gambar), dan bentuk donat. Meskipun namanya terdengar indah, bentuk ini
sangat sulit divisualisasikan. Bentuk 3-torus merupakan perluasan dari
bentuk donat yang bisa dibentuk dari selembar kertas persegi empat.
Gulung dua sudut berlawanan untuk membentul silinder dan langkah
kedua, bentuk dua sudut lainnya yang bertentangan untuk membentuk donat.
Bentuk 3-torus dibentuk dengan cara yang hampir mirip, namun harus
dimulai sebuah kubus dan kemduian tempelkan setiap sudut yang
berlawanan. Ini dilakukan supaya saat ingin keluar dari salah satu
permukaan kubus, maka akan terlihat kita akan masuk lagi melalui arah
berlawanan.
Bentuk Lain Yang Memungkinkan
Tim Steiner dalam melakukan analisa menggunakan 3 teknik yang berbeda
untuk membandingkan prediksi terhadap fluktuasi temperatur di berbagai
area. Perbandingan fluktuasi temperatur dilakukan untuk dicocokan pada
model alam semesta yang tak terbatas maupun bentuk alam semesta donat.
Dalam tiap kasus, bentuk donatlah yang memperlihatkan kecocokan dengan
data dari Wilkinson Microwave Anisotropy Probe. Tim ini bahkan bisa
menerka ukuran alam semesta, yang diperkirakan akan memakan waktu 56
milyar tahun cahaya untuk dikelilingi.
Jean-Pierre Luminet dari Paris Observatory di Perancis, yang
mengajukan paham alam semesta berbentuk sepak bola juga setuju dengan
analisa Steiner kalau bentuk donat masih jadi kandidat yang paling
digemari. Namun ia menambahkan kalau kemungkinan alam semesta berbentuk
sepak bola masih ada dan tetap hidup.
Namun Starkman justru tidak bisa diyakinkan dengan penemuan tim
Steiner. Baginya penemuan itu belum memberi keyakinan apapun, dan bagi
dia bisa jadi alam semesta memang kecil namun itu tidak menjadi jawaban
apapun.
Di sisi lain, Steiner berkeyakinan data yang akan didapat oleh
satelit Planck milik Eropa yang akan diluncurkan tahun ini akan dapat
memberi jawaban atas berbagai pertanyaan yang ada saat ini.
Secara filosofi bagi Starkman, ide alam semesta terbatas yang pada
suatu hari kelak bisa dieksplorasi seluruhnya memang merupakan hal yang
sangat menarik. Namun sayang sekali lagi Starkman menambahkan, “karena
fisika tak bisa ditentukan oleh filosofi, maka saya harap jawaban akan
diberikan oleh Planck.”
Sumber : http://www.langitselatan.com
No comments:
Post a Comment