Kata Shambhala berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Tempat kedamaian" atau "Tempat keheningan". Kerajaan ini memiliki ibukota bernama Kalapa dan diperintah oleh raja-raja dinasti Kulika atau Kalki. Di tempat inilah makhluk hidup yang sempurna dan semi sempurna bertemu dan bersama-sama memandu evolusi kemanusiaan. Hanya mereka yang murni hatinya yang dapat tinggal di tempat ini. Disana mereka akan menikmati kebahagiaan dan kedamaian dan tidak akan sekalipun mengenal penderitaan. Konon di kerajaan itu, cinta kasih dan kebijakanlah yang memerintah. Tidak pernah terjadi ketidakadilan. Penduduknya memiliki pengetahuan spiritual yang sangat mendalam dan kebudayaan mereka didasari oleh hukum, seni dan pengetahuan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan pencapaian yang pernah diraih dunia luar..
Himachal Pradesh
Banyak petualang dan penjelajah telah berusaha mencari kerajaan mistik ini. Menurut mereka, mungkin Shambhala terletak di wilayah pegunungan Eurasia, tersembunyi dari dunia luar. Sebagian lagi yang tidak menemukannya percaya bahwa Shambhala hanyalah sebuah simbol, penghubung antara dunia nyata dengan dunia yang ada di seberang sana. Tapi, sebagian orang lagi percaya bahwa Shambhala adalah sebuah dunia yang nyata. Menurut Teks kuno Zhang Zhung, Shambhala identik dengan Lembah Sutlej di Himachal Pradesh. Sedangkan bangsa Mongolia mengidentikkannya dengan lembah-lembah tertentu di Siberia selatan. Informasi mengenai kerajaan ini sampai ke peradaban barat pertama kali lewat seorang misionaris katolik Portugis bernama Estevao Cacella yang mendengar kisah ini dari penduduk setempat. Lalu pada tahun 1833, seorang cendikiawan Hungaria bernama Sandor Korosi Csoma bahkan menyediakan kordinat Shambhala yang dipercaya berada diantara 45' dan 50' lintang utara.
Sandor Korosi Csoma
Legenda Shambhala kemudian menarik perhatian seorang penganut esoterik dan teosofi bernama Nicholas Roerich (1874-1947). Dalam keingintahuannya, ia menjelajahi gurun Gobi menuju pegunungan Altai dari tahun 1923 hingga tahun 1928. Perjalanan ini menempuh 15.500 mil dan melintasi 35 puncak-puncak gunung tertinggi di dunia. Namun usaha yang luar biasa ini tetap tidak dapat menemukan kerajaan itu.
Bahkan Nazi yang juga sangat berkaitan dengan dunia esoterik pernah mengirim ekspedisi pencarian Shambhala pada tahun 1930, 1934 dan 1938. Tapi, tidak satupun dari antara mereka yang berhasil menemukannya. Nazi meyakini ras Nordic, yang merupakan penduduk yang berhasil selamat dari runtuhnya Atlantis membuat kehidupan baru dibawah tanah
Edwin Bernbaum menulis dalam "The Way of Shambhala" :
"Sementara penjelajah mendekati kerajaan itu, perjalanan mereka menjadi semakin sulit dilihat. Salah satu pendeta Tibet menulis bahwa peristiwa ini memang dimaksudkan untuk menjauhkan Shambhala dari para barbar yang berniat untuk menguasainya."
Apa yang ditulis oleh Bernbaum sangat berkaitan dengan ramalan Shambhala. Menurut ramalan itu, umat manusia akan mengalami degradasi ideologi dan kemanusiaan. Materialisme akan menyebar ke seluruh bumi. Ketika para "barbar" ini bersatu dibawah komando seorang raja yang jahat, maka barulah kabut yang menyelubungi pegunungan Shambhala akan terangkat dan pasukan raja ini dengan persenjataan yang mengerikan akan menyerang kota itu.
Lalu raja Shambhala ke-25 yang bernama Rudra Cakrin akan memimpin pasukannya untuk melawan pasukan Barbar itu. Dalam pertempuran itu, raja yang jahat dan pasukannya berhasil dihancurkan dan umat manusia akan dikembalikan ke dalam kedamaian.
Beberapa cendikiawan seperti Alex Berzin, dengan menggunakan perhitungan dari Tantra Kalachakra, percaya bahwa peristiwa ini akan terjadi pada tahun 2424 Masehi.
Alex Berzin dan Dalai Lama
Ketika kebudayaan timur bergerak ke barat, mitos Shambhala bangkit dari dalam kabut waktu. Saya rasa, kerinduan akan kedamaianlah yang telah menyebabkan umat manusia berusaha menemukan kerajaan utopia ini. Mungkin kita tidak akan pernah menemukan Shambhala, namun mungkin juga kita tidak perlu mencari terlalu jauh. Apakah yang disebut pasukan barbar ini adalah Yajuj & Majuj atau Gog & Magog? Shambhala, Mitos Kerajaan Tersembunyi di Himalaya
Quote:Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa Shambala adalah wilayah yang dihuni oleh makhluk luar angkasa (alien). Orang Tibet meyakini wilayah tersebut dijaga oleh kekuatan spiritual yang luar biasa. Beberapa Lama (guru spiritual di tibet) sudah mencari Shambhala selama beberapa abad dan diyakini telah berhasil menemukannya. Mereka yang mencari tidak pernah kembali karena diyakini tetap berada di Shambhala. Mitos yang beredar juga menduga ada beberapa pintu masuk menuju Shambhala ini yang tersebar di seluruh dunia. hal ini mengingatkan lagi pada teori bumi berongga (hollow earth)
beberapa pintu tersebut adalah:
1. Taman Nasional Gua Mammoth di Kentucky, US
2. Gunung Shasta, di California, US yang juga diduga terdapat kota Agartha di bawah gunung ini
3. Kota Manaus, Amazon, Brazil.
4. Mato Grosso, Brazil.
5. Air Terjun Iguaçú, perbatasan Brazil dan Argentina.
6. Gunung Epomeo, Italy.
7. Pegunungan Himalaya, Tibet
10. Pyramid of Giza, Mesir.
11. King Solomon's Mines.
12. North and South Poles
Namun hingga saat ini keberadaan Shambhala atau Shangri-La ini belum bisa dibuktikkan secara ilmiah, dan pada akhirnya masih akan tetap menjadi misteri dan legenda, yang terkubur di dalam tebalnya salju Himalaya.
Antara Mitos dan Realita
Ketika kita mendengar kata Shambala yang ada di gambaran atau pikiran kita adalah suatu tempat yang menyejukkan, romantisme dan memiliki berbagai asosiasi bagi banyak orang.
Sebenarnya Shambala awalnya berasal dari sumber Hindu dan Buddha, Pertama kali dapat kita lihat sumber tertua dari sebuah teks hindu awal, Vishna Purana, dari abad ke-4 M, disana diceritakan tentang empat masa, empat periode dari kehidupan didunia, dimana berakhir dengan Kaliyuga (Zaman Persengketaan). Disebutkan bahwa Avatar kedelapan inkrinasi dari Wisnu akan lahir disebuah daerah bernama Shambala, Ia bernama Kalki dan akan menghancurkan kelompok penyerang yang banyak mengakibatkan dunia pada kehancuran. Setelah Kalki menghancurkan mereka maka akan muncul zaman keemasan baru yang merupakan akhir dari zaman Kaliyuga.
Lalu beberapa abad kemudian muncul kembali sebuah catatan menceritakan tentang Shambala dalam sebuah literatur Buddha, dalam material tulisan yang bernama Kalachakra text, kalachakra berarti putaran waktu atau siklus waktu. Disana kita temukan sebuah variasi dari apa yang terdapat dalam naskah Hindu.
Ada sebuah daerah bernama Shambala, bukan sebuah dusun, akan datang seorang raja dari sana ke India lalu ia akan mendapat ajaran Kalachakra dari Buddha dan membawa pulang kembali ajaran tersebut ke Shambala.
Setelah 7 generasi dari keturunan raja tersebut akan lahir seorang raja yang akan menyatukan semua kasta, dia diberi gelar "kalki" avatar dari Wisnu, Ia memprediksi bahwa dimasa depan akan terjadi Invasi, dalam beberapa abad kedepan semua orang harus bersatu melawan invasi ini, ketika invasi ini terjadi adalah dimasa generasi ke-25 dari kalki, invasi yang mengancurkan semua praktik spritual dan kekuatan Shambala, dibawah kepempimpinan kalki ini mampu mengalahkan para penyerang lalu akan muncul zaman keemasan baru. Secara tema sama dengan transkrip Hindu namun hanyalah varian lain dari kisah Shambala.
Bangsa Eropa yang pertama kali menulis tentang Shambala adalah seorang sarjana Hungaria bernama Csoma de Koros pada tahun 1833, ia menulis tentang kalachakra dan didalam nya disinggung tentang Shambala. Jadi inilah saat pertama kali bangsa Eropa mendengar pertama kali tentang Shambala. Lalu beberapa dekade kemudian seorang ahli Jerman bernama Schlagintweit pada tahun 1860an menulis buku berjudul Buddhism in Tibet.
Saat ini di Eropa terdapat dua ide tentang Shambala yang satu menggambarkan Shambala sebagai sebuah Surga (Paradise). Spritual Paradise dan ide yang lain menggambarkan bahwa Shambala adalah sebuah wilayah dimana kekuatan dan wilayah Shambala hancur oleh sebuah kekuatan yang menginvasi wilayah tersebut dan menghancurkan kekuatan spritual Shambala, dimana Shambala digambarkan sebagai sebuah wilayah yang berusaha untuk memurnikan kembali dunia dari kejahatan-kejahatan.
Orang Tibet sangat akrab dengan kata Shambala sebab mereka adalah pemeluk Buddha berdasarkan teks Kalachakra, dalam literatur Kalachakra disebutkan bahwa Shambala berada di utara. Itu sebabnya mengapa pada awal abad ke-20 saat Tibet diperebutkan oleh 3 negara (China, Inggris dan Rusia), Dalai lama ke-13 diberi nasehat oleh penasehatnya, Agvan Dorjiev supaya Tibet mencari perlindungan ke Rusia karena Rusia terletak diwilayah paling Utara, dan Rusia adalah Shambala dan Kaisar Czar Nicholas II adalah reinkarnasi dari Tsongkhapa (Seorang Master Buddha terbesar di Tibet) dan dinasti Romanov adalah keturunan dari penguasa Shambala. Meskipun Dalai Lama ke-13 sangat berharap Rusia bisa menjadi pelindung mereka, namun Czar Nicholas II tidak menyanggupinya, walaupun begitu atas semua upaya Dorjiev terdapat sebuah kuil Buddha dibangun di St Petersburg.
Shambala dan Mitos tentang underworld berawal dari sebuah novel abad ke-19 yang menceritakan sebuah tempat bernama Agharti, sebuah kerajaan bawah tanah yang melestarikan pengetahuan tentang okultisme, mereka nantinya akan datang dari dunia bawah untuk membantu manusia dalam perang melawan materialisme dan perusakan.
Jadi dari apa yang sudah dijabarkan diatas mengenai origin atau awal kisah Shambala, dari pengajaran aktual Buddha tentang Shambala terdiri dari banyak potongan, dan potongan-potongan ini memberikan aspek yang berbeda dari Kalachakra tersebut serta pengajaran tentang Shambala. Para pioneer awal Eropa yang datang ke Eropa hanya mampu mengambil sedikit, sedikit potongan kecil dari potongan-potongan itu.Pada saat itu tidak tersedia banyak untuk mereka keterangan dan info secara lengkap mengenai Shambala, dan itu bukan kesalahan mereka. Jadi ide umum dari mereka tentang Shambala adalah sebuah Paradise Spiritual, suatu tempat yang penuh dengan kedamaian, yang dalam arti lain merujuk kepada Shangri-La yang terdapat dalam novel Lost Horizon karangan James Hilton.
Selain itu dalam pemikiran barat Shambala adalah sebuah tempat dimana nantinya akan muncul kekuatan yang dapat mengatasi kekuatan perusak yang menghancurkan sisi spritualis manusia.
Namun dengan ini kita dapat memahami bahwa Shambala sebagai simbol yang sangat membantu dan berguna tentu saja dalam kontek aslinya di India, baik itu untuk agama Hindu maupun Buddha, dan juga berperan dalam mengembangkan tradisi okultisme di dunia barat berdasarkan informasi yang mereka dapatkan dalam penelitian mereka mengenai Shambala.
Alexandra David Neel
Menarik, menurut catatan Alexandra David Neel yang telah menghabiskan sebagian hidupnya di Tibet, Shambala ternyata tidak hanya dikenal di Tibet. Jauh di utara Afghanistan, ada sebuah kota kecil yang bernama Balkh, sebuah kota kuno yang juga dikenal sebagai "ibu dari kota-kota". Legenda masyarakat Afghanistan modern menyatakan bahwa setelah penaklukan oleh kaum Muslim, kota Balkh sering disebut sebagai "Lilin yang terangkat" atau dalam bahasa Persia dikenal dengan sebutan "Sham-I-Bala". Entahlah, kita tidak tahu pasti apakah kota ini berhubungan dengan Shambhala yang misterius atau tidak.
Sumber :
www.kaskus.co.id
life-a-big-mystery.blogspot.co.id
No comments:
Post a Comment