Beberapa acara televisi anak-anak berakibat buruk untuk otak anak
menurut sebuah studi baru tentang menonton kartun. Dampaknya adalah
anak-anak tidak bisa berkonsentrasi atau fokus dengan baik setelah
menonton film kartun tertentu.
Hal ini terungkap, seperti dirilis oleh CNN Health (12/09/2011), dari
hasil penelitian oleh ahli dari University of Virginia mengenai dampak
film kartun yang mereka sebut dengan istilah “animated kitchen sponge”
atau yang kita kenal dengan kartun Spongebob terhadap kemampuan berpikir
anak. Selain CNN Health, Washington Post pun memberitakan hasil
penelitian ini.
Peneliti dari University of Virginia tersebut melakukan pengujian
terhadap 60 sampel anak usia 4 tahun dengan memberikan perlakuan yang
berbeda. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok: 20 anak kelompok pertama
diberikan tontonan 9 menit film kartun animasi cepat Spongebob, 20 anak
kelompok kedua diberikan tontonan film animasi lambat Calliou, dan 20
anak kelompok ketiga disuruh menggambar dengan krayon dan spidol.
Peneliti kemudian melakukan tes kemampuan berpikir anak setelah
melakukan aktivitas tersebut. Hasilnya adalah kelompok anak yang
diberikan perlakuan untuk menonton film Spongebob paling buruk
dibandingkan dua kelompok anak lain. Para peneliti menduga bahwa otak
mendapat overtaxed atau lelah dari rangsangan-rangsangan cepat dari kartun animasi Spongebob.
Untuk
jangka panjang, dampak tersebut masih merupakan pertanyaan terbuka yang
harus dibuktikan lebih lanjut. Beberapa penelitian lain telah menemukan
hubungan antara acara televisi dengan rentang perhatian anak-anak,
terutama pada anak muda, sementara yang lain tidak. Peneliti khawatir
acara-acara televisi tersebut memberikan dampak panjang terhadap
kemampuan berpikir anak di masa depan. Hal ini disebabkan anak-anak
prasekolah menonton televisi minimal 90 menit sehari, dan menurut para
peneliti lainnya memperkirakan anak-anak muda menonton televisi antara
dua sampai lima jam sehari. Jika ini dikalkulasikan maka jika orang itu
hidup 70 tahun, maka 7 sampai 10 tahun masa hidupnya dihabiskan untuk
menonton televisi. Hal ini ditambah lagi dari hasil penelitian lain yang
menunjukkan bahwa 32 persen anak dari usia 2 sampai 7 tahun dan 65
persen anak dari usia 8 sampai 18 tahun memiliki televisi di kamar
tidurnya.
American Academy of Pediatrics (AAP)
menyarankan orangtua untuk membatasi anak-anak dari tontonan televisi
dan media hiburan lain (seperti video games dan lainnya) tidak lebih
dari 1 sampai 2 jam per hari dan tidak membiarkan anak berumur 2 tahun
untuk menonton televisi sama sekali. Para peneliti juga mengatakan bahwa
ketika otak anak-anak yang masih berkembang dibombardir dengan
stimulasi terlalu banyak, dapat mengganggu kemampuan mereka untuk
belajar fokus secara baik. Dia menyarankan bahwa orang tua mengawasi apa
yang anak-anak mereka menonton.
"Inti dari penelitian ini dan banyak penelitian lain adalah bahwa apa
yang ditonton anak Anda sama pentingnya dengan berapa banyak mereka
tonton. Ini bukan tentang mematikan televisi, ini tentang mengubah
saluran," kata Dr Dimitri Christakis, direktur Pusat Kesehatan Anak
University of Washington dan penulis editorial di Jurnal Pediatric.
Angelina
Lillard dan Peterson Jenifer, peneliti yang melakukan riset tersebut
sekaligus penulis jurnal, mengatakan hanya dengan 9 menit anak menonton
film kartun Spongebob tersebut telah memiliki efek negatif pada fungsi
eksekutif otak anak. Orang tua harus waspada terhadap hal ini, karena
sedikitnya akan mempengaruhi fungsi otak dalam jangka pendek.
Sementara itu, Nickelodeon yang dimiliki oleh Viacom International,
produsen kartun SpongeBob SquarePants, merilis pernyataannya untuk CNN
ketika ditanya tentang studi ini. "Dari ke-60 anak yang diteliti, itu
bukan target dari film kartun Spongebob. Kartun itu dirancang untuk anak
usia 6 - 11-tahun bukan untuk usia anak 4 tahun, seperti sampel anak
yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, durasi menonton selama 9
menit adalah metodologi yang dipertanyakan. Durasi selama itu tidak
mungkin memberikan dasar untuk sebuah temuan yang valid, di mana orang
tua bisa mempercayainya”.
Namun Christakis mengatakan bahwa
metodologi penelitian yang digunakan adalah valid meskipun penelitian
ini menggunakan sampel kecil, tetapi desain penelitiannya lebih kuat
dari penelitian sebelumnya dan temuannya adalah signifikan. Ia
menekankan bahwa yang penting adalah para orang tua mengambil pesan
utama dari penelitian ini, yaitu banyak orang tua memiliki aturan
tentang batasan jumlah waktu menonton bagi anak, tetapi jauh lebih
sedikit memiliki batasan pada apa yang mereka tonton. **[harja saputra]
Sumber : www.harjasaputra.com
No comments:
Post a Comment