Home

Monday 15 August 2011

Manfaat dan Peranan Serangga

Serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan
mineral. Penelitian tentang pemanfaatan serangga sebagai salah satu
sumber makanan sudah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh
WS Bristowe pada tahun 1932 yang meneliti di Laos dan Siam (dikenal
dengan Thailand). Jenis serangga yang dikonsumsi bervariasi dan dalam
jumlah yang sangat banyak, antara lain: (1) binatang air kecil (sejenis
kepiting); (2). belalang; (3). Laba-laba; (4). Lipas; (5). Jangkrik; (6).
Kumbang; (7). Lebah Madu; (8). Anai-Anai; (9). Rayap; (10). Semut;
(11). Kutu; dan (12). Ulat bulu.
Di Thailand, serangga dikonsumsi dalam bentuk telur, larva, atau dewasa,
baik mentah maupun sesudah dipanggang, direbus, atau digoreng.
Mereka memasaknya dengan beberbagai jenis bumbu antara lain bawang
putih,daun jeruk, buah jeruk, garam, dna saos kari udang, yanag adapat
meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Salah satu jenis bumbu
saos yang terkenal adalah Saos Nam Phala (terbuat dari campuran
udang). Serangga tersebut dikonsumsi berbagai lapisan masyarakat,
termasuk kalangan istana di Bangkok.
Kebiasaan mengkonsumsi serangga juga dikenal di Indonesia, namun
hanya pada golongan masyarakat tertentu, dan pada skala terbatas. Ada
beberapa jenis serangga yang sangat populer dan diusahakan komersil,
seperti lebah madu, jangkrik, rayap, ulat sutera, dan semut. Jenis serangga
lainnya belum dibudidayakan, tetapi diburu di alam seperti belalang,
laba-laba, kutu, kumbang kelapa, dan ulat sagu. Ulat sagu sangat
digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya manis, lunak dan lezat.
Bahkan Prof. Dr. Ir. Dodi Nadika, pakar rayap IPB menjadikan
Cryptotermes cynocepphalus light (Rayap Kayu Kering = RKK) sebagai
permen. RKK mengandung protein yang cukup tinggi, sekitar 14.2 persen
dari bobot basah tubuh atau 55.7 persen dari bobot kering tubuh,
karbohidrat 10.2 persen, dan lemak 25.2 persen terhadap bobot kering
tubuh. Pembuatannya dilakukan dari pekatan protein dicampur HFS
(sirup fruktosa tinggi, dimasak pada suhu 70-100 derajat celcius,
ditambahkan gelatin, dilakukan proses penghilangan busa, pendinginan,
dan pencetakan.
Penggemar lebah madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu,
perekat lebah bernilai ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu di
alam. Banyak warga mengkonsumsi larva, mencampurnya dengan
gandum seperti pembuatan bakwan yang digoreng (Rismunandar 1981).

Belalang dan jangkrik digemari penduduk Indonesia di kawasan timur.
Mereka memenggang atau menyangrainya, rasanya lembut dan segurih
udang.
Peluang dan prospek memanfaatkan serangga sebagai sumber protein
hewani sangat besar. Dari hasil analisis ternyata berabgai jenis serangga
mempunyai kandungan protein dan lemak yang tinggi. Sebagai contoh,
laba-laba mengandung protein sebesar 64.3 persen dan lemak sebanyak
9.8 persen.
Pada kondisi krisis ekonomi saat ini, mengkonsumsi serangga merupakan
salah satu alternatif yang baik. Persoalannya, masih banyak warga
masyarakat kita belum terbiasa melakukannya. Penduduk pada beberapa
kawasan di Indonesia (seperti Irian) mengkonsumsi belalang sebagai
sumber lauk sehari-hari, namun tidak populer di kawasan lainnya. Maka
perlu dimasyarakatkan cara mengolah dan memasaknya untuk
mendapatkan cita rasa yang nikmat. Dari sudut pandangan agama,
mengkonsumsi serangga bukan hal yang diharamkan. Prospek
pemanfaatn serangga terbuka luas. Kebutuhan konsumsi bisa
ditingkatkan lewat kampanye penyadaran sedang sedian serangga masih
sangat besar dan biaya investasi relatif sangat kecil. Serangga sangat
mampu beradaptasi dengan lingkungannya, pengelolaan relatif mudah,
cukup dengan menggunakan teknologi sederhana. Munculnya peluang
wisata konsumsi makanan dari berbagai jenis serangga adalah suatu
keunggulan komparatif.
Jangkrik dan semut dijadikan sumber makanan protein hewani, selain
sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan pancing, dan banyak
spesies lainnya yang berguna bagi kehidupan. Serangga juga membantu
proses penyerbukan pada berbagai macam tanaman, di samping berperan
sebagai pengurai (dekomposer), bioindikator lingkungan, membantu di
bidang kesehatan, dan bernilai ekonomis sebagai bahan perhiasan dan
diperjualbelikan.
Serangga berperan di bidang pertanian, seperti melakukan penyerbukan
yang dilakukan lebah (Rismunandar 1981), SPKS Elaeidobius
kamerunicus dan Thrips hawainensis. Serangga penyerbuk coklat
(Forcipornyia spp), bersifat predator, parasitoid ataupun musuh alami
pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan (Kusumah 1994).

No comments:

Post a Comment