Home

Friday 21 February 2014

Tuanku Nan Renceh - Sang Penegak Syariat Islam di Ranah Minang

PANGLIMA kaum paderi yang tegas dan penuh wibawa. Berhasil melaksanakan pemurnian Islam ke setiap nagari di Ranah Minang, sampai-sampai kewajiban menunaikan shalat dikontrol sangat ketat

Kejayaan Islam di Ranah Minang (Sumatera Barat) pernah mencapai puncaknya ketika kaumpaderi (ulama) dipimpin oleh ‘Abdullah Tuanku Nan Renceh. Kekuasaannya menghunjam sampai lembaga pemerintahan nagari yang diberi hak otonom oleh Kerajaan Minangkabau. Kerajaan tersebut kala itu berpusat di Pagaruyung.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit6gIy0sx1XASmqJFGqm28j5NOol7n3_AZhzCyPVq6fXTrndUC2zTkfdg2D7q4jOLyHA1GfxSQY9NKx4oVmotWsVvBOaSScvYCZgH-2SuwC-Hp3QL38msR2UBsPq3a4X0aGr777icV5X-g/s1600/images.jpg

Perang Padri Periode IV (Tamat)

Dalam perjanjian dan ikrar rahasia di lereng gunung Tandikat itu, telah ditetapkan bahwa tanggal 11 Januari 1833, kaum Padri dan golongan penghulu beserta rakyat Sumatera Barat secara serentak melakukan serangan kepada pasukan Belanda. Awal serangan rakyat Minangkabau ini terhadap pasukan Belanda banyak mengalami kemenangan, terutama di daerah sekitar benteng Bonjol, di mana pasukan Belanda ditempatkan untuk melakukan blokade. Pasukan Belanda yang langsung dipimpin oleh Letnan Kolonel Vermeulen Krieger, pimpinan tertinggi militer di Sumatera Barat, di daerah Sipisang diporak-porandakan oleh pasukan Padri, sehingga, banyak sekali serdadu Belanda yang mati terbunuh. Hanya Letnan Kolonel Vermeulen Krieger dan beberapa orang anak buahnya yang dapat menyelamatkan diri dari pembunuhan itu. Karena semua jalan terputus maka terpaksa Letnan Kolonel Vermeulen Krieger dengan anak buahnya yang tinggal beberapa orang itu menempuh jalan hutan belantara untuk bisa kembali ke Bukittinggi.
 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7a/Naar-beide-zijden-front.jpg

Perang Padri Periode III ( Padri+Adat Vs Belanda)

Sementara kaum Padri bergerak menguasai Tapanuli Selatan dan daerah pesisir barat Minangkabau, Belanda muncul kembali di Padang. Tuanku Pamansiangan salah seorang pemimpin di Luhak Agam mengusulkan kepada Imam Bonjol untuk menarik pasukan Padri dari Tapanuli Selatan dan menggempur kedudukan Belanda di Padang yang belum begitu kuat. Karena baru saja serah terima kekuasaan dari Inggeris (1819). Tetapi perwira-perwira Padri seperti Tuanku Raos, Tuanku Tambusi dan Tuanku Lelo dari Tapanuli Selatan ber¬kebaratan untuk melaksakan usul itu, oleh karena itu Imam Bonjol hanya dapat memantau kegiatan dan gerakan pasukan Belanda melalui kurir-kurir yang sengaja dikirim ke sana.
http://thegreatmandailing.weebly.com/uploads/1/2/0/8/12083039/441707.jpg?518

Perang Padri Periode II (Pemimpin Baru Tuanku Mudo Imam Bonjol)

Kemenangan pertama yang gemilang bagi kaum Padri, mendorong Tuanku Nan Renceh sebagai pimpinan gerakan ini untuk memperkuat dan melengkapi persenjataan pasukan Padri. Tindakan ofensif bagi daerah-daerah yang menentang kaum Padri segera dilakukan. Daerah Kamang Hilir ditaklukkan, kemudian menyusul daerah Tilatang. Dengan demikian seluruh Kamang telah berada di tangan kaum Padri.

Dari Kamang operasi pasukan Padri ditujukan ke luar yaitu Padang Rarab dan Guguk jatuh ketangan kaum Padri. Lalu daerah Candung, Matur dan bahkan pada tahun 1804 seluruh daerah Luhak Agam telah ber¬ada di dalam kekuasaan kaum Padri.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvN71Lmh6ht0aFEaRgfzhmeRysTvR9UIUOMsejgqDHgd0SDnqKiFR4tvjuDqjHOwLhucKR9JDuhxN61gdfgKo5Jh4d9-v2nD33TxfLHjFTaFqSm1Uc_pW8Ov7-jF25DU_vBhpPbVocrwo/s1600/imam.jpg
Tuanku Imam Bonjol

Perang Padri Periode I (Harimau Nan Salapan)

Apabila diteliti masa Perang Padri di daerah Sumatera Barat dalam abad ke-19 dapat digolongkan kepada beberapa priode, yaitu:

(a) Periode 1809 – 1821
Periode ini adalah merupakan pembersihan yang ditakukan oleh kaum Padri terhadap golongan penghulu adat yang dianggap menyimpang dan bertentangan dengan syari’at Islam. Dalam masa ini terjadilah pertempuran antara kaum Padri melawan golongan penghulu adat.

(b) Periode 1821 – 1832
Periode ini adalah merupakan pertempuran antara kaum Padri dengan Belanda-Kristen yang dibantu sepenuhnya oleh golongan penghulu adat. Dalam masa ini sifat pertempuran telah berubah antara penguasa kolonial Belanda-Kristen yang mau menjajah Sumatera Barat yang dibantu oleh para penguasa bangsa sendiri yang berkolaborasi untuk mempertahankan eksistensinya sebagai penguasa yang ditentang secara gigih oleh kaum Padri.

(c) Periode 1832 – 1837
Periode ini adalah merupakan perjuangan seluruh rakyat Sumatera Barat, dimana kaum Padri dan golongan penghulu adat telah barsatu melawan penguasa kolonial Belanda-Kristen. Dalam masa ini rakyat Sumatera Barat dengan dipelopori dan dipmimpin oleh para ulama yang tergabunig dalam kaum Padri bahu-membahu di medan pertempuran untuk mengusir penguasa kolonial Belanda-Kristen dari Sumatera Barat.

Latar Belakang

Latar belakang lahirnya kaum Padri mempunyai kaitan dengan gerakan Wahabi yang muncul di Saudi Arabia, yaitu gerakan yang dipimpin oleh seorang ulama besar bernama Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787). Nama gerakan Wahabi sesunggulinya merupakan nama yang mempunyai konotasi yang kurang baik, yang diberikan oleh lawan-lawannya, sedangkan gerakan ini lebih senang dan menamakan dirinya sebagai kaum ‘Muwahhidin’ yaitu kaum yang konsisten dengan ajaran tauhid, yang merupakan landasan asasi ajaran Islam.

Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Adathoofden van de Minangkabau met gevolg TMnr 10026889.jpg
 Adathoofden van de Minangkabau met gevolg (Kaum Adat)

Gerakan Padri Bukan Wahabi

Secara umum, para pemerhati sejarah Islam di Indonesia menyebut gerakan Padri itu sebagai gerakan Wahabi atau—kalau tidak—sebagai “kegiatan ikut-ikutan” gerakan Wahabi—seperti yang diistilahkan Mangaradja Onggang Palindungan dan Hamka. Akan tetapi, jarang orang mengetahui bahwa yang pertama kali menduga—tetapi kemudian justru diikuti banyak orang untuk mengecap—gerakan Padri itu sebagai gerakan Wahabi adalah Pieter Johannes Veth (1814 – 1895).

http://websitedada0.files.wordpress.com/2013/02/perang-islam.jpg?w=464&h=234